Menurunnya Pembeli Perosotan Anak di Surabaya di Masa Pandemi

Menurunnya Pembeli Perosotan Anak di Surabaya di Masa Pandemi

Menurunnya pembeli perosotan anak di Surabaya di masa pandemi – Semua sektor kehidupan sangat terdampak dengan wabah pandemi yang sudah melanda seluruh dunia lebih dari dua tahun. Wabah yang diumumkan pertama kali di sebuah provinsi di Cina ini telah merubah wajah seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, semua kegiatan masyarakat sejak diumumkannya wabah ini sangat terbatas. Misalkan untuk kegiatan belajar mengajar, di awal sempat diliburkan beberapa minggu. Kemudian ganti dengan kegiatan belajar mengajar lewat online melalui handphone. Begitupun dengan kegiatan keagamaan, di awal sempat masjid ditutup untuk kegiatan ibadah sebelum dibuka kembali dengan protokol kesehatan. Kegiatan ekonomi yang paling sangat dirasakan sekali dampaknya oleh masyarakat. Pembatasan gerak masyarakat yang merupakan kunci berputarnya ekonomi menyebabkan lesunya kegiatan ekonomi di berbagai sektor. Kami membuat tulisan “menurunnya pembeli perosotan anak di Surabaya di masa pandemi” sebagai dokumentasi masa-masa sulit kami dalam menjalankan usaha di masa pandemi.

Menurunnya Pembeli Perosotan Anak di Surabaya di Masa Pandemi yang masih belum berakhir

Kami sebagai pelaku usaha berbagai mainan anak sangat terasa sekali dampaknya. Sebelum pandemi masuk ke Indonesia, kami bisa menjual rata 10 perosotan anak per bulan, sekarang, satu perosotan tidak mesti. Di awal pandemi, terasa sekali sepinya pembeli mainan. Pandemi masuk bulan ketiga, mulai ada pembeli. Dan selama dua tahun masuknya pandemi, tidak bisa dikatakan bahwa pesanan mainan anak macet sama sekali, tapi menurunlah. Kami memantau, hampir semua sektor usaha mengalami apa yang kami alami. Mungkin ada satu dua usaha yang masih bisa berkembang di masa pandemi seperti sekarang ini seperti farmasi, obat-obatan dan juga bisnis digital. Namun sebagian besar pasti mengalami penurunan.

Perosotan yang menjadi salah satu andalan dalam usaha kami mungkin masih lama untuk bisa bangkit. Kalau melihat keadaan pandemi yang masih belum jelas kapan berakhirnya ini dan kegiatan pendidikan anak usia dini masih belum masuk, penjualan produk ini masih jauh dari harapan. Surabaya yang menjadi salah satu pasar yang cukup ramai untuk perosotan anak ketika masuk masa pandemi juga menurun drastis. Kita tidak bisa apa-apa dengan perlambatan ekonomi yang melanda seluruh dunia. Untungnya, di situasi ekonomi yang serba sulit seperti sekarang ini, pesanan mainan yang masuk di Sakti Edutoys tetap ada sehingga kami tidak benar-benar menutup usaha yang kami jalankan bertahun-tahun ini.

Saat ini, Surabaya menjadi target pasar hampir semua produk yang kami jual. Kami menyasar Surabaya sebagai target promosi tidak lain Surabaya adalah salah satu dari beberapa kota besar di Indonesia bersama Jakarta, Medan, Bandung, Makassar, dan juga Bogor mempunyai penduduk yang banyak dan juga sebagai pusat kegiatan berbagai industri. Produk-produk mainan anak yang kami jual sudah beberaoa di halaman utama google untuk kata kunci Surabaya. Misalkan jual playground anak Surabaya, jual perosotan anak Surabaya masih di halaman dua, jual perosotan kolam renang Surabaya dan juga jual ayunan anak Surabaya sudah di halaman satu tapi masih di bawah.

Langkah-langkah bertahan dalam usaha mainan perosotan anak masa pandemi

Kami melihat, di masa pandemi yang sudah berjalan dua tahun ini, banyak sektor usaha yang memilih untuk tutup karena sepi pembeli dan tidak mampu lagi membiayai operasional perusahaan. Yang sangat terpukul sepertinya jasa transportasi, hotel dan wisata. Ini tidak lain seperti yang kami jelaskan di atas, pembatasan perpindahan masyarakat dari satu wilayah ke wilayah lain membuat banyak operator usaha transportasi tidak bisa menjalankan usahanya. Sehingga kita banyak menemukan ketika berselancar online berita-berita hotel dilelang, kendaraan dilelang dan juga phk besar-besaran para pelaku usaha wisata, Sebagai pelaku bisnis usaha mainan ini, tentu kami juga mengalaminya. Tapi hingga kini kami masih bisa bertahan dan memilih untuk meminimalisir pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu.

Selain itu, kami terus menggenjot marketing website dengan cara manual. Untuk masa pandemi seperti sekarang ini, kami tidak menggunakan jasa iklan berbayar untuk menaikkan posisi website kami di halaman utama google. Cara-cara berbayar kami minimalisir untuk menekan pengeluaran yang tidak perlu. Lagian, kalau kami tetap memaksa untuk menggunakan iklan berbayar google di saat daya beli masyarakat kurang bagus seperti sekarang kemungkinan besar boncosnya sangat besar. Kami beruntung punya tim marketing online website yang punya cukup pengetahuan untuk menaikkan website dengan cara manual. Adapun kalau harus membayar, dana yang bayarkan bisa kami gunakan dalam jangka waktu yang lama.

Perjalanan pandemi yang sudah dua tahun ini sepertinya kami belum memutuskan untuk menutup usaha ini. Ketika artikel ini kami tulis, masih ada proyek-proyek pembuatan mainan anak yang masih belum selesai pesanan dan beberapa pelanggan yang datang dari Bogor, Sulawesi dan juga Karawang. Dan hingga kini, setiap hari masih ada banyak calon customer yang menghubungi kami untuk menanyakan mainan-mainan yang kami jual meski pembeli galak masih jarang. Mungkin mereka masih ragu untuk membelanjakan uang mereka untuk membeli mainan anak karena persiapan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang lebih utama.

Memikirkan diversifikasi bisnis adalah cara lain untuk bertahan di masa sulit seperti sekarang. Banyak pengusaha yang melakukan ini. Misalkan pengusaha yang awalnya bergerak dalam usaha pakaian kemudian membuka usaha pembuatan masker. Namun untuk diversifikasi produk harus tidak jauh-jauh dari usaha yang kita lakukan sekarang. Karena prinsipnya adalah melakukan usaha pada yang benar-benar kita pahami. Jangan sampai kita melakukan usaha yang coba-coba dengan modal terbatas, yang ada, kemungkinan besar kita mengalami kerugian sangat besar sekali, Kalau menurut kita usaha baru yang kita incar sangat menjanjikan, kita harus belajar  secara mendalam mengenai produk tersebut. Bagaimana cara membuatnya, tempat membeli bahan bakunya,  cara  menjualnya dan juga prospek pasar yang akan kita target, baru kita bergerak untuk eksekusi kalau kita sudah benar-benar siap.

Naik turun dalam bisnis itu hal biasa

Dalam menjalankan bisnis perosotan anak yang mengalami penurunan di masa pandemi seperti sekarang ini, itu hal lumrah. Ada saat bisnis menunjukkan grafik penjualan naik, ada saat landai, ada saat menurun drastis. Tentu skenario-skenario terburuk harus disiapkan. Dibuatkan opsi-opsi agar bisnis bisa bertahan di masa-masa sulit. Kalau terpaksa harus ditutup, harus ada skenario bangkit kembali ketika keadaan ekonomi sudah normal kembali. Untuk saat ini, Sakti Edutoys belum ada skenario untuk menutup total usaha mainan ini. Mengingat meski keadaan ekonomi sedang gonjang-ganjing, pesanan mainan anak masih tetap ada. Karyawan produksi masih punya proyek untuk dikerjakan dan uang untuk membayar mereka.

Yang jelas, untuk saat ini yang kami lakukan adalah dengan mengoptimalkan marketing online website dan facebook untuk meningkatkan penjualan kami. Alhamdulillah ada saja konsumen yang memesan produk mainan yang kami jual. Karena dengan menggunakan website dan facebook, jangkauan iklan kami bisa menembus pasar seluruh Indonesia, tidak hanya di pulau Jawa saja. Bulan ini saja kami sudah mengirim empat sepeda air fiberglass ke Papua, mengirim playground anak ke Sulaweisi Tengah dan sedang dalam proses pesanan perosotan anak dari konsumen di Batam.

Baca juga: Jual Perosotan Anak Surabaya

Sebagai penutup dari tulisan kenang-kenangan masa pandemi “menurunnya pembeli perosotan anak di Surabaya di masa pandemi,” semoga pandemi ini segera berlalu. Keadaan masyarakat semakin membaik. Masyarakat bisa beraktivitas seperti sediakala. Bisa ke masjid, ke geraja, ke vihara, ke pura, anak-anak bisa masuk sekolah seperti sediakala, karyawan bisa masuk kantor, keluarga yang lama tidak bisa berkumpul bisa berkumpul lagi dan ekonomi bisa beranjak normal. Usaha-usaha yang sekarang lesu semoga cepat bangkit. Salam sukses. Mari saling menjaga.

 

 

 

 

Scroll to Top