Lesunya Bisnis Mainan Anak di Tengah Pandemi
Lesunya bisnis mainan anak di tengah pandemi – Tahun ini mungkin tahun terberat bagi beberapa pelaku bisnis di Indonesia bahkan dunia. Serangan corona yang sudah lebih dari setahun ini sangat berdampak sekali pada semua lini kehidupan bermasyarakat. Mulai dari bisnis transportasi, wisata, kuliner, hotel, penginapan, pendidikan, dan juga kegiatan ibadah masyarakat. Ada yang terdampak sangat ringan, sedang, parah dan sangat parah. Beberapa bisnis yang sangat terdampak diantaranya adalah transportasi udara, darat dan perhotelan. Bagaimana dengan bisnis mainan seperti yang yang kami jalankan? Tentu saja terdampak dengan perkiraan tidak sangat parah. Itulah yang ingin kami ceritakan dengan menulis artikel lesunya bisnis mainan anak di tengah pandemi ini. Analisis ini harus kami buat sebagai kenang-kenangan yang sangat berarti bagi kami sebagai pelaku bisnis ketika nanti keadaan ini kembali normal seperti biasa.
Virus covid yang disinyalir pertama kali muncul di Wuhan, salah satu provinsi di Cina tidak pernah terbayangkan di benak kami akan sampai juga ke Indonesia. Kami mengira virus ini akan sama dengan virus SARS yang pernah menyerang dunia beberapa tahun yang lalu dan berdampak juga ke beberapa negara. Dugaan kami atau mungkin sebagian besar penduduk dunia sama. Virus ini tidak akan berlangsung lama dan mungkin bisa diatasi dalam beberapa bulan saja. Dan ternyata, dugaan kami salah. Virus ini kini menyerang hampir seluruh negara di dunia dengan efek yang luar biasa pada berbagai bidang kehidupan manusia. Terlalu meremehkannya pemerintah dalam antisipasi virus ini di awal juga berdampak pada berlarut-larutnya efek yang tidak bagus akibat virus ini.
Pemerintah Indonesia di awal-awal munculnya virus ini di Wuhan Cina bahkan terlihat sekali tidak melakukan persiapan yang bagus dan terorganisir akan datangnya virus ini ke Indonesia. Bahkan beberapa orang sesumbar bahwa virus ini tidak akan sampai ke Indonesia karena Indonesia adalah negara tropis yang terpapar sinar matahari sepanjang tahun sehingga membuat virus mati ketika sampai di Indonesia. Dugaan itu semua salah. Covid masuk secara resmi ke Indonesia setelah beberapa bulan diumumkan pertama kali di Wuhan. Pemerintah tidak bisa melakukan lockdown seperti yang dilakukan pemerintah Cina di Wuhan karena prosedur lockdown yang rumit dan memakan biaya yang sangat besar. Yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah pembatasan sosial berskala besar di kota-kota yang tingkat penularan covidnya sangat tinggi seperti di Surabaya, Jakarta, Bogor dan Bandung.
Kami sebagai pelaku bisnis mainan mungkin juga sama dengan pemerintah. Tidak mengantisipasi dengan cermat langkah-langkah strategis yang perlu kami ambil agar bisnis mainan yang kami jalankan bisa tetap survive di masa pandemi seperti sekarang ini. Di awal datangnya pandemi, penurunan penjualan sangat drastis sekali. Kami tetap optimis karena kami masih mempunyai dana cadangan untuk menjalankan bisnis ini. Pandemi sudah berjalan hampir setengah tahun, pesanan satu persatu mulai datang. Tidak seburuk yang kami bayangkan sebelumnya. Penurunan penjualan mulai signifikan lagi ketika masuk bulan kedua tahun ini. Ada satu dua penjualan mainan anak tapi dengan skala transaksi yang sangat kecil-kecil. Jauh dari normal seperti biasanya.
Penurunan yang sangat drastis seperti sekarang ini coba kami analisa dari dengan mengamati keadaan yang ada sekarang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berikut kami buat menjadi beberapa poin:
Tidak ada kegiatan tatap muka dalam pembelajaran
Lembaga pendidikan setingkat TK-PAUD adalah salah satu konsumen terbesar untuk mainan anak khususnya outdoor. Mainan anak outdoor meliputi playground anak, perosotan anak, ayunan anak, jungkat-jungkit, tangga pelangi, tangga majemuk, mangkok putar dan juga playground kolam renang. Dilarangnya tatap muka untuk kegiatan belajar mengajar mulai dari tinggkat pendidikan paling awal seperti TK-PAUD sangat mempengaruhi sekali belanja anggaran untuk pembelian mainan outdoor seperti yang kami sebutkan di atas. Misal untuk pergantian tahun banyak pesanan datang untuk pengadaan mainan outdoor dari lembaga-lembaga pendidikan, tapi tahun ini sepi.
Dengan adanya pandemi covid ini, pemerintah juga mengalihkan banyak anggaran untuk pengadaan sarana mainan anak untuk lembaga pendidikan untuk penanganan dana covid. Ada satu dua pesanan masuk dari pemerintah ke Sakti Edutoys, tapi tidak untuk lembaga pendidikan. Kalau misalnya kegiatan belajar mengajar sudah bisa tatap muka seperti sediakala, kemungkinan pesanan mainan anak untuk lembaga pendidikan akan kembali meningkat. Semoga dalam waktu dekat itu terwujud sehingga kami para pelaku bisnis mainan anak bisa mengembangkan usaha yang sudah berjalan tertatih-tatih seperti sekarang ini.
Kegiatan wisata dibatasi
Konsumen utama kedua kami adalah tempat wisata. Tempat-tempat wisata memesan mainan anak seperti playground kolam renang, perosotan kolam renang, perosotan anak dan juga waterboom. Disebabkan aturan dari pemerintah yang membatasi kegiatan masyarakat untuk berwisata, para pebisnis wisata juga sepertinya membatasi dana mereka untuk pengembangan dengan membeli wahana mainan baru mengingat jumlah kunjungan wisatawan yang tidak banyak. Padahal para pelaku bisnis wisata semisal kolam renang mendapat pemasukan utama dari kunjungan wisatawan ke tempat mereka. Ketika kunjungan wisatawan menurun drastis, pemasukan mereka tentu akan menurun drastis juga.
Beberapa calon konsumen dari pengelola tempat wisata membatalkan atau menunda dulu pembelian wahana mainan di tempat kami. Tentu kami bisa memaklumi mengapa mereka menunda atau membatalkan pembelian mainan baru mengingat situasi wisata yang juga sedang lesu sekarang. Ketika pandemi sudah menurun drastis atau hilang sama sekali, kami optimis pesanan mainan anak dari para pelaku bisnis wisata akan meningkat kembali. Semoga saja.
Daya beli masyarakat yang menurun drastis
Dampak ekonomi dari pandemi corona ini domino. Satu kegiatan ekonomi mempengaruhi kegiatan ekonomi pada bidang lainnya. Misalkan pada wisata, ketika wisata dibatasi, bisnis lain yaitu transportasi, bisnis oleh-oleh, bisnis penginapan dan hotel yang juga sangat terdampak. Banyak karyawan yang dirumahkan karena perusahaan sepi konsumen. Jadi masyarakat sangat hati-hati membelanjakan uang mereka untuk barang-barang yang sifatnya tersier seperti mainan anak. Pada saat kondisi ekonomi normal, banyak masyarakat biasa yang membeli mainan seperti ayunan dan perosotan, tapi saat ini sangat sepi sekali. Masyarakat mempersiapkan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan primer seperti makan dan persiapan menghadapi dampak berkepanjangan dari pandemi ini.
Tetap Semangat Promosi
Kami tahu sebagian besar pelaku bisnis mengalami apa yang kami alami. Mereka sedang berjuang untuk mempertahankan bisnis yang sudah mereka jalankan bertahun-tahun. Ada yang bisa bertahan dengan susah payah, ada yang berkembang meski tidak pesat, ada juga yang tumbang. Sakti Edutoys sendiri di kondisi yang sulit seperti sekarang ini memilih untuk bertahan dengan sisa-sisa sumber daya yang ada. Untungnya kami menggunakan website untuk mempromosikan produk-produk Sakti Edutoys sehingga tidak memerlukan biaya yang besar. Kami hanya perlu untuk memperbaharui konten website kami secara berkala minimal dua minggu sekali agar website kami mendapat penilaian yang bagus di mesin pencari google.
Kami juga menghindari untuk melakukan promosi berbayar selama daya beli masyarakat belum normal. Percuma kami berada di halaman satu google ketika produk yang jual masih sepi peminat. Untuk sementara ini, kami menggunakan cara-cara manual dalam marketing google untuk menghemat biaya yang tidak perlu kami keluarkan. Ketika kondisi ekonomi normal seperti sediakala, tentu tidak masalah kami melakukan promosi secara besar-besaran baik itu berbayar atau manual. Lesunya bisnis mainan anak di tengah pandemi semoga cepat berakhir dengan semakin berkurangnya penderita covid di seluruh dunia.
Baca juga: jual perosotan anak Jogja